Jumat, 06 Maret 2015

Nostalgia

Sewaktu SMP dulu saya mempunyai seorang teman. Dia sangat baik dan humoris. Dia juga memiliki kesamaan minat pada seni seperti saya. Kami kadang mengobrol dan tertawa bersama. Seiring lelucon-lelucon yang ia lontarkan, seiring itu pula ia mulai mencuri hati saya. Sebagai sahabat yang baik, tentu saja saya tidak berani mengatakan apa-apa padanya. Saya melihat sendiri bagaimana ia bergonta-ganti kekasih, bahkan ketika ia menembak salah satu teman dekat saya. Saya pikir saya tidak benar-benar menyukainya karena saya orang yang gampang jatuh hati. Saya tahu kalau saya jelek, dulu sewaktu SMP rambut saya sangat pendek, seperti laki-laki, saya juga tidak feminim, dimana semua mantannya memiliki rambut panjang indah dan terlihat sangat feminim. Saya akui itu memang bodoh berharap dia bisa menyukai saya. Pada hari ulangtahunnya, dimana hanya berjarak 3 hari dari ulangtahun saya, saya telah memantapkan hati saya. Saya mengirimnya sebuah sms bahwa saya menyayanginya, saya ingat saya menahan napas saat mengirim sms tersebut. Namun balasannya sungguh mengecewakan, ia menganggap hal itu hanya sebagai teman saja. Saya menangis, tentu saja, dan memutuskan untuk melupakannya dan masa bodoh dengan siapa ia akan berpacaran.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai jarang berkomunikasi dengannya. Terpisah kelas, terpisah tempat. Namun kadang saya merindukannya, merindukan candaannya khasnya, atau sebait puisi yang ia buat untuk ditaruh di mading kelas. Setelah berpikir lama, saya sadar bahwa diantara banyak lelaki yang saya sukai di bangku SMP, dia lah yang tetap bertahan sampai sekarang. Jadi saya berpikir mungkin dia-lah cinta pertama saya, cinta monyet kalo bahasa sinetron. Saya memang tidak lagi menyukainya, namun saya tidak bisa melepaskan diri saya dari hal-hal tentangnya. Saya senang mendengar kabarnya, atau sekarang ia tengah menjalin hubungan dengan siapa, saya sangat antusias pada semua hal tentang dirinya
Tujuh tahun kemudian, saya tumbuh menjadi wanita yang jatuh cinta pada candaan dan petikan gitar seorang lelaki. Seperti yang sudah saya bilang, saya orang yang mudah jatuh hati. Ada banyak lelaki yang datang dan pergi begitu saja. Hingga ada seorang lelaki yang datang mendekat. Dia mengatakan hal-hal yang manis pada saya, agak terasa aneh di telinga saya mengingat saya tidak pernah sekalipun mendengar hal itu dari mulut seorang lelaki. Namun bagaimanapun ia berusaha, saya tidak menyukainya. Menurut saya ia terlalu kekanakan, sedangkan saya menyukai figur lelaki yang dewasa, yang pemikirannya jauh ke depan. Seiring berjalannya waktu, ia pun menjauh. Ada sedikit perasaan menyesal namun tidak sampai tumpah ruah.
Saya nostalgia
Ketika dulu SMP, lelaki yang saya sukai, melewatkan saya begitu saja tanpa melihat perasaan saya yang sesungguhnya. Dan sekarang di bangku kuliah, saya melewatkan lelaki yang menyukai saya tanpa melihat perasaan dia yang sesungguhnya. Lucu bukan?
Memikirkan ini membuat dada saya sesak dan ingin menangis. Hidup itu lucu ya, seolah memang sudah diatur dan memiliki skenario tersendiri.
Sekarang ini saya sedang tidak menyukai siapapun. Tidak dengan lelaki di masa lalu, ataupun di masa kini. Untuk saat ini saya tidak mau memfokuskan diri saya pada hal romansa, karena jika saya jatuh kedalamnya, saya akan jatuh sedalam-dalamnya, hingga tidak bisa kembali lagi. Seperti kata sahabat saya yang sangat bijak, ia berkata "Cinta datang ketika cinta membutuhkan". Setelah dipikir-pikir ada benarnya juga. Buat apa mengambil cinta padahal kamu tidak benar-benar membutuhkannya? Hal itu justru akan memberatkan bukan?
Jadi, adakah nostalgia yang muncul ketika kalian membaca ini?
Ingatlah, kenanglah, kamu akan banyak bersyukur karena pernah merasakan hal tersebut :)