Kamis, 05 November 2015

Haruskah Cinta Berbalas?

Wah, sudah bulan november saja. Tidak terasa sudah lama sekali aku tidak menulis lagi. 
November ini, akhirnya hujan juga di semarang. Walau hanya sebentar, namun hujannya begitu deras, seperti tangis wanita yang sedang patah hati.
Mungkinkah hujan adalah airmata langit yang sedang patah hati? Dan kita semua berharap supaya langit cepat-cepat patah hati, karena kita butuh airmatanya
Oke, kita tinggalkan soal hujan dan airmata. Ada hal yang ingin saya bahas disini. Tentang perasaan yang akhir-akhir ini terus menghinggapi saya, hingga membuat saya bertanya-tanya.

"Haruskah cinta berbalas?"

Jika pertanyaan itu ditujukan padamu, apakah jawabanmu?
Berhubung aku sangat suka menonton, jadi aku akan menjawab pertanyaan ini lewat beberapa film yang pernah aku tonton.

1. Matt Flamhaff (13 Going On 30)
13 Going On 30 menceritakan Jenna Rink, seorang gadis cilik 13 tahun yang memiliki impian menjadi wanita karier modis berumur 30 tahun. Secara ajaib impiannya terwujud, namun secara tiba-tiba. Adalah Matt Flamhaff, teman akrab Jenna dari kecil. Matt membantu Jenna untuk hidup sebagai wanita 30 tahun padahal usianya masih 13 tahun. Melalui hal ini, Jenna yang awalnya tidak suka dengan Matt jadi menyadari betapa berharganya Matt untuk dirinya. Saat Jenna memutuskan untuk menyukai Matt, semua terhalang oleh rencana pernikahan Matt dengan tunangannya. Di hari pernikahannya, Jenna menghampiri Matt untuk mengucapkan kata terakhir. Dengan mata berkaca, Matt berkata pada Jenna bahwa ia mencintai Jenna, dan akan selalu mencintainya. Lalu Jenna pergi dan menangis. Untunglah ada debu ajaib yang membawa Jenna kembali ke usia 13 tahunnya, sehingga ia bisa memperbaiki hubungannya dengan Matt dan akhirnya menikah dengannya.
Namun, pernahkah kalian terpikir, bagaimana jika waktu itu tidak ada debu ajaib yang bisa membawa Jenna ke usia awalnya?
Ketika Matt mengatakan bahwa ia mencintai Jenna, ia menangis. Ia menangis karena ia mencintai Jenna sebagaimana adanya, dan ketika saatnya tepat, semuanya terlambat. Ada komitmen yang sudah dibuat, dan akan ada hati yang tersakiti jika Matt bersikap egois dengan memilih Jenna. Ketika ia mengatakan ia mencintai Jenna, ia mengatakan tanpa ada maksud tertentu. Ia hanya tertunduk, tersenyum kecil dan mengatakan hal tersebut dari mulutnya. Seandainya mereka tidak kembali ke usia awal mereka, Matt akan menghabiskan sisa hidupnya bersama istrinya, dengan separuh hati yang sudah diberikan pada Jenna.

2.   Kim Shin Hyeok (She Was Pretty)
She Was Pretty merupakan sebuah drama korea terbaru yang sedang hits akhir-akhir ini. She Was Pretty menceritakan tentang Kim Hye Jin, seorang gadis cantik yang berubah jelek ketika ia dewasa. Sewaktu ia kecil, ia berteman dengan bocah jelek bernama Ji Sung Joon, yang ketika dewasa tumbuh menjadi pria tampan yang berprofesi sebagai wakil pemimpin redaksi majalah fashion ternama di Korea. Hye Jin bekerja di perusahaan yang sama dengan Sung Joon, bahkan satu divisi. Di antara rekan kerjanya, terdapat seorang pria bernama Kim Shin Hyeok, yang senang sekali mengisengi Hye Jin. Lama kelamaan Shin Hyeok mulai menyukai Hye Jin. Namun hati Hye Jin hanya untuk Sung Joon, sekeras apapun Shin Hyeok berusaha meluluhkan hati Hye Jin. Shin Hyeok sempat tertekan saat Hye Jin menolaknya, namun ia sadar bahwa ia dan Hye Jin tidak akan lebih dari sekedar teman. Dengan mata berkaca, inilah yang dikatakan Shin Hyeok pada Hye Jin
"Jackson! Did I tell you this? I really like you, Jackson. Without regard for wheter it's a man and woman, I just like you as a person. The human being.... no, I really liked you as human being, Kim Hye Jin. Thank you, because of you, Jackson, I had a really fun, exciting time"
Shin Hyeok mengatakan hal tersebut sambil tersenyum. Senyum untuk menyembunyikan matanya yang basah. Ini adalah pernyataan cinta Shin Hyeok yang ketiga kalinya. Yang pertama, Hye Jin menganggapnya bercanda. Yang kedua, Shin Hyeok menyatakan cinta dan meminta Hye Jin menjauhi Sung Joon. Dan yang ketiga, Shin Hyeok mengatakannya begitu tulus, tanpa embel-embel larangan atau syarat. Saat itu Shin Hyeok tahu bahwa ia tidak akan pernah menang melawan Sung Joon. Ucapan Shin Hyeok seolah mengisyaratkan makna bahwa ia sangat mencintai Hye Jin, namun ada yang lebih mencintai Hye Jin lebih dari dirinya, dan ia hanya bisa mengharapkan yang terbaik bagi keduanya. Meski sakit, namun lega rasanya melihat orang yang kita cintai berada di tangan yang tepat, berada di hati yang benar.

3. Dawson Cole (The Best Of Me)
Salah satu masterpiece Nicholas Sparks yang diangkat ke layar lebar. The Best of Me mampu membuat saya bernangis-nangis ria menontonnya. Film ini mengisahkan tentang dua orang insan manusia, Amanda Collier dan Dawson Cole, yang merupakan pasangan kekasih di bangku sekolah menengah atas. Kesulitan datang dari keluarga Dawson, sehingga hubungannya dengan Amanda diuji. Dawson dan Amanda pun berpisah, menjalani hidup mereka masing-masing. Dua puluh satu tahun kemudian, mereka bertemu kembali. Selama beberapa hari mereka menghabiskan waktu bersama. Amanda marah pada Dawson. Setelah semua yang Amanda alami, sekarang Dawson datang padanya seolah meminta kembali hati Amanda. Padahal Amanda sudah menikah, dan memiliki seorang anak lelaki. Dawson tidak memberikan penjelasan, ia hanya bilang kalau ia mencintai Amanda, dan akan selalu mencintainya. Cerita kemudian berpindah haluan, dimana Dawson ditembak mati oleh ayah kandungnya. Dengan menangis Amanda mendatangi pekuburannya. Amanda menemukan sebuah surat yang ditulis Dawson untuk dirinya. Begini sebagian isinya
"...You have commitments, I understand, and you want to keep them. I can only love you more for that. I hope to see you again someday, but if I don't, just know that these last day have been the best of my life. I love who I am when I'm with you, Amanda. You are my dearest friend, my deepest love, you are the very best of me"
 Sebaris kalimat sakti inilah yang membuat saya menangis. Dua puluh satu tahun yang lalu, Dawson meninggalkan Amanda tanpa penjelasan, tanpa sempat memberitahu bahwa ia sangat mencintai Amanda. Begitu kesempatan itu datang, Amanda menyalahartikan maksud Dawson. Dawson sangat mengerti konsekuensi tindakan yang ia lakukan dua puluh satu tahun yang lalu. Saat ia melepaskan Amanda, ia harus siap dengan kenyataan bahwa Amanda akan mencari pengganti dirinya dan menghabiskan sisa hidupnya dengan pria lain. Dawson tidak meminta kembali hati Amanda, ia tidak meminta Amanda melakukan tindakan yang berdampak pada pernikahannya. Dawson sungguh menghormati keputusan yang sudah dibuat Amanda. Dan yang bisa ia lakukan hanya mencintai Amanda, seutuhnya, tanpa meminta balasan. Amanda adalah hal terbaik yang pernah ada dalam hidup Dawson, sehingga Dawson tidak butuh status atau ikatan untuk mencintai Amanda.

Dari ketiga tokoh lelaki diatas, sudahkah kamu mendapat gambaran yang ada dikepala saya? Saya rasa kamu sudah mendapat jawabannya. Tidak perlu diucapkan, cukup kamu tahu dan pahami lebih lagi.
Pernahkah kamu mencintai seperti mereka? Kamu begitu mencintai individu tersebut, sehingga kamu terus mendoakan yang terbaik untuknya, meski yang terbaik itu bukan kamu. Kamu begitu mencintainya sehingga rasanya sebuah status atau ikatan tidak begitu berarti. Seperti yang dikatakan Tere Liye, cinta akan tetap cinta bahkan jika tidak dikatakan, toh maknanya tidak akan berkurang sama sekali.
Seperti itulah saya saat ini. Dan saya sangat senang bisa berbagi perasaan ini pada kalian. Jika kalian membaca ini sambil menangis, tidak apa, saya juga menangis ketika mengetik blog ini. Saya berdoa semoga kisah cintamu akan baik dan berujung pada kebahagiaan.